Saya ini sebenarnya keturunan orang solo. Tapi berhubung keluarga dari solo sudah sebagian besar menetap di jakarta termasuk almarhum kakek-nenek, jadi setiap lebaran tidak pernah ke sana. Pernah sekali kesana tapi waktu masih kecil sekali, itu pun tidak bareng bapak-ibu, tapi dengan saudara yang lain. Dan waktu itu tidak ingat apa2 dan kemana saja.
Justru selasa-rabu kemarin saya berkesempatan mengunjungi solo berhubungan dengan pekerjaan. Yang saya ceritakan berikutnya bukan masalah pekerjaannya, tapi jalan2nya saja 😛
Seperti biasa, kita melakukan rencana perjalanan. Jika membawa sendiri mobil dari Bandung ke solo
akan melelahkan dan pasti jatuhnya lebih mahal, sehingga diputuskan untuk naik kereta saja dan menyewa mobil di solo.
Google pun bekerja. Ternyata ditemukan satu situs tentang kota solo yang cukup lengkap.
Di situs tersebut pun ada daftar travel yang menyediakan rental mobil di solo. Satu travel kami telfon, dan harganya ajaib. Lagipula yang ditawarkan adalah L300 yang menurut kami tidak nyaman, atau Toyota Corolla dengan penawaran yang tidak masuk akal. Kebetulan, admin situs tersebut kami lihat online di YM, maka saya hubungi saja per YM.
Dari perbincangan dia menyarankan satu Travel. Dan dia juga menginformasikan rate standarnya yang masuk akal. Kami hubungi per telfon, dan tercapai kesepakatan. Mobilnya? silakan ditebak dari foto dibawah 😀
Perjalanan dari Bandung dimulai pada Selasa, 20.00 Waktu Bandung dengan kereta Lodaya. Saya tidak ingat persis, tapi rasanya kereta berangkat on time. Poin bagus untuk PT KAI.
Di dalam kereta, saya berbincang2 dengan sebelah saya. Dia menuju jogja. Sepanjang jalan kami membicarakan keanehan2 bangsa ini, tapi kemudian topik beralih ke KULINER solo! Sebelah saya promosi habis2an kuliner solo, mulai dari kikil ayam di malam hari yang katanya antriannya seperti antri BBM, kopi ‘Nyos’ yang penyajiannya dengan menambahkan arang panas yang menyala langsung dimasukkan ke kopinya, Timlo Solo, dll.. yang saya tidak yakin bisa saya nikmati karena waktunya yang tidak banyak.
Singkat cerita, sampailah kami di stasiun Solo Balapan. Mengapa namanya Solo Balapan? saya tidak tahu, mungkin hanya Tuhan dan orang asli solo yang tahu jawabannya.
inilah stasiun Solo Balapan itu :
Rencana perjalanan sebenarnya menuju ke Klaten. Tapi sebelum kesana, rasanya lebih enak jika sarapan pagi dulu di solo. Dari situs infokota solo disebut2 Sate Mbok Galak yang katanya Favorit Pak Harto dan Mbak Tutut. Tapi setelah saya tanyakan ke Supir sekaligus guide kami itu, dia menyarankan yang lain. Sate pak Bejo saja mas, katanya. Bolehlah, dicoba saja. Sebenarnya agak aneh makan pagi dengan sate kambing, tapi itulah anehnya Solo. Kok ada ya yang jual sate kambing pagi2? Karena aneh, saya jadi tertarik.. hehe
Ini Pondok sate Pak Bejo yang kami kunjungi. Sebelumnya ada juga Pondok Pak Bejo yang lain, tapi belum buka, masih beres2.. ternyata Pondok Sate Pak Bejo ini punya cabang dimana2. Franchise gaya solo lah..
Apa yang khas dari Sate Pak Bejo ini? Sate Buntel. Apa tuh? Sate ini adalah daging olahan yang dibungkus berbentuk buntelan dan di panggang di atas arang seperti sate. Penasaran? seperti inilah sate buntel itu :
Saya pribadi tidak begitu suka daging olahan. Rasa daging aslinya pasti hilang. Seperti steak, steak dengan potongan besar lebih enak daripada steak olahan yang dibungkus tepung. Tapi melihat besarnya porsi Sate Buntel ini dan dengan semangat ‘mencoba yang baru’ maka tidak ada salahnya memesan sate Buntel. Jalan tengahnya, kami memesan juga menu yang lain, yaitu Sate Kambing polos :
Dan tidak hanya sate, tapi juga Tongseng. (Duh, sarapan atau Lapar ya? )
Makan banyak harus diimbangi dengan minuman yang sepadan. Teman saya memesan teh manis panas. Setiap kota biasanya memiliki teh yang terkenal di daerah tersebut. Kalau di solo, salah satunya ‘Teh Gardoe’ ini :
Saya sendiri memesan Beras Kencur dengan Es. Ini pilihan terbaik pagi itu. Benar2 nendang, setelah makan kombinasi Sate Buntel, Kambing Polos dan Tongseng ditutup dengan ES BERAS KENCUR. Yang hebat adalah pagi2 itu mereka sudah menyajikan es batu. Tidak semua rumah makan kecil bisa seperti itu. Sayangnya, suasana Pondok Sate Bejo ini terlalu gelap untuk melakukan pengambilan gambar Es Beras Kencurnya, Penggunaan Flash tidak menarik untuk saya. Flash is a kind of fake for me 😛
Selesai sarapan perjalanan dilanjutkan menuju ke Klaten. Inilah bagian dari pekerjaan. Kami mengunjungi fasilitas foundry disana, baik yang berupa institusi pendidikan, IKM, maupun PMA. Satu hal yang mebuat sedih adalah ketika mengunjungi salah satu institusi pendidikan kami melihat banyaknya fasilitas mesin bantuan Pemerintah yang tidak termanfaatkan. Duh, lupa. Seharusnya saya tidak bercerita banyak tentang ini 😛 mari kembali ke cerita jalan2 dan kuliner solo.
Jam makan siang menjelang. Saya masih penasaran dengan kota solo sehingga diputuskan kami makan siang kembali ke solo. Tadinya saya menanyakan tentang Timlo Solo, tapi menurut supir tempatnya kurang bersih. Kemudian dia menyarankan ke Rumah Makan saja yang banyak pilihan menunya. Akhirnya Pilihan jatuh ke Rumah makan ‘Adem Ayem’. Posisinya dekat dengan Mal Solo.
Perhatikan, pada foto diatas ada makanan yang digantung. Apakah itu? Mari kita lihat. Itu adalah ‘Intip Goreng’. Salah satu oleh2 khas solo. Waktu kecil saya ingat ibu saya kadang membuat rengginang dari nasi yang tidak habis oleh anak2nya. Ini adalah salah satu bentuk penghematan khas orang jawa dengan membuat penganan dari sesuatu yang tersisa. nah, Intip Goreng ini mirip dengan rengginang, cuma bedanya ia bukan nasi yang tersisa tapi memang sengaja dibuat untuk oleh2.
Saya beli satu. Dan sebenarnya itu lebih karena PENASARAN saja. Saya tidak berani membayangkan rasanya. Apa? sudah jadi intip digoreng pula? hehehe.. sampai saat ini pun Intip Goreng ini masih ada dikamar saya di Bandung .. ada yang berminat?
Oke, kembali ke rumah makan Adem Ayem, dari luar saya meragukan tempatnya. Tapi setelah masuk ke dalam lumayan juga. Pemanfaatan foto2 Kota Solo cukup mengangkat suasana ‘tempo doeloe’ didalam interiornya .
Ketika duduk, dimeja ada semacam flyer yang tadinya saya pikir merupakan daftar menu. Ternyata bukan. Itu adalah semacam panduan tentang kota solo, objek2 wisata yang menarik untuk dikunjungi, maupun tempat makan yang direkomendasikan disolo, dll. Bagus juga, tidak egois. Sesama pelaku bisnis saling promosi.
Saatnya memesan makanan. Pilihannya sangat beragam. Makanan Indonesia, Makanan Khas Jawa, atau oriental. Anehnya, saya tidak mencoba makanan khas jawa seperti Gudeg. Pilihan jatuh ke menu oriental. 3 menu yang kami pesan; Ayam goreng mentega, Sapo Tahu, dan Cah Kangkung.
Menu Pertama, Ayam Goreng Mentega :
Overall cukup baik, namun masih dalam level mediocre. Kuahnya pas, potongan ayamnya tidak terlalu lunak. Jika mereka menaruh banyak potongan nanas diatasnya maka itu akan sempurna.
Menu kedua, Sapo Tahu :
Ini juaranya. Tampilan penyajiannya seperti di foto mungkin kurang meyakinkan, tapi percayalah, mereka benar2 mengerti bagaimana mengolah sapo tahu. Crispy diluar namun tetap lembut didalam. Ditambah potongan cumi yang terukir dengan baik plus udang sebagai bonusnya, serta dilumasi dengan kuah yang tidak terlalu kental namun mampu menjembatani semua rasa. Puji Tuhan.
Menu ketiga adalah Cah Kangkung. Saya tidak mengambil fotonya karena Kangkung yang disajikan tidak besar2 sesuai harapan, namun pengolahannya masih cukup baik. Tetap segar dan tidak layu. Masih kres kres lah.
Dan ini adalah foto yang saya ambil dengan nasi yang dilumuri Sapo Tahu dalam balutan Fusion :
Pengalaman yang singkat namun cukup berkesan untuk saya. Kami harus sering2 ke solo lagi.. Ikut?